Senin, 06 Februari 2012

i'm your girlfriend not your servant


Aku mengawali kisah ini pada saat awal pertemuanku dengannya di suatu sekolah. Sekolah yang menjadi saksi awal dari kisah kami . DIA , dia murid baru disekolahku. Awalnya semua berjalan seperti biasa, tak ada tanda sedikitpun kalau aku menyukainya , begitu juga sebaliknya . kami berteman seperti biasa, belajar bersama dan les ditempat yang sama. Pada suatu malam dia ingin menjemputku untuk pergi les bersama, aku tahu jarak antara rumah kami tidak dekat , tapi aku tetap mengiyakan keinginanya. Karena aku fikir tidak ada salahnya kami pergi bersama. Ditengah perjalanan terdengar suara HP dari sakunya , dia pun mengangkat telpon tersebut . terdengar suara samar-samar seorang wanita dari balik telpon itu. Ternyata yang menelpon adlah ibunya, yang memintanya untuk pulang sebentar dan mengantarkan suatu barang. Lalu dengan sikap ramahnya dia bertanya apakah aku mau ikut kerumahnya atau tidak , lalu aku berfikir tak ada salahnya aku ikut , toh kami tak ada hubungan apa-apa, dan aku pun memutuskan untuk ikut.
Diperjalanan menuju rumahnya tiba-tiba jantungku berdetak dengan kencangnya, entah apa alasan dari detakan itu aku pun tak tahu. Ayahnya adalah salah satu orang terkemuka di kota kami. Yaitu salah satu kepala badan pemerintahan . dari latar belakang inilah dia sering pindah sekolah dan akhirnya terdampar di kota ku. Sampai dirumahnya kami telah disambut oleh senyum manis dari ibunya. Disana aku dikenalkan sebagai teman satu sekolah dan teman lesnya. Ya memang pada saat itu disitulah posisiku. Kesan pertama yang aku dapat dari pertemuan ini adalah respon positif yang diberikan oleh ibunya kepada aku orang yang baru dikenalnya.
Kami mulai dekat dan sangat dekat sehingga menciptakan suatu hubungan yang dinamai dengan “pacaran”. Ya kami pacaran ! kedekatan kami diketahui oleh kedua orangtuanya dan orangtuaku . karena memang dia sering kerumahku dan pandai merebut hati ibu dan ayahku , begitu juga aku yang juga serring diajak kerumahnya dengan alasan ibunya ingin bertemu dengan aku. Kami menjalani hubungan seperti biasa layaknya remaja lain yang sedang dalam masa kasmaran. Aku menyayanginya begitu juga dia . waktu kelulusan SMA pun tiba dan hal ini lah yang membuat kami harus saling menahan rindu karena aku dan dia harus sama-sama melanjutkan sekolah sesuai dengan keinginan kami masing-masing. Dia kembali ke kampong halamannya , dan aku terdaftar menjadi salah satu mahasiswa di universitas terkemuka di ibukota Jakarta. Kami menjalani hubungan jarak jauh, tapi setiap ada kesempatan selalu kami luangkan untuk bertemu , jika aku libur aku yang mengunjunginya , begitu juga sebaliknya. Biaya tak menjadi halangan untuk kami. Banyak perjalanan yang telah kami lalui bersama, aku, dia dan keluarganya. Jujur saja aku cukup dekat bahkan sangat dekat dengan keluarganya. Dia mengatakan bahwa aku lah satu-satunya orang yang bisa merebut hati keluarganya sehingga keluarganya dapat bersikap sepositif ini terhadapku. Satu tahun kami melakukan hubungan jarak jauh tak membuat cinta kami semakin pundar bahkan kami semakin saling mencintai. Walawpun terkadang sedikit ada bumbu-bumbu pertengkaran di hubungan kami.
Karena suatu dan lain hal aku memutuskan untuk pindah ke universitas lain , dan aku mencoba mendaftar di universitas yang ada di kota kelahirannya. Ternyata dia merasa tidak cocok dengan jurusan yang dia pilih sekarang dan juga membuatnya harus mendaftar di jurusan sesuai dengan keinginannya. Dia mendaftarkan diri di salah satu universitas di Yogyakarta. Setelah hasil di umumkan , nama aku tercantum sebagai salah satu peserta ujian yang lulus dalam test tersebut. Begitu juga dengannya, dia berhasil lulus di jurusan yang diinginkannya. Awalnya aku kira dengan memilih universitas yang ada di kota kelahirnya kami tidak akan menjalani hubungan jarak jauh lagi yang biasa disebut sebagian remaja denga LDR. Tapi itu salah , kami semakin jauh . aku disini dan dia di yogya. Aku memulai hidupku disini tanpa dia. Walawpun kami sudah terbiasa berpisah. Ayahnya berbicara kepada ayahku untuk memintaku tinggal dirumahnya. Karena rumah yang ditempani oleh keluarganya kosong. Ini dikarenakan karena bapak ditugaskan kembali keluar kota. Hanya ada kakaknya yang menempati rumah tersebut. Awalnya aku tak menyetujui itu tapi aku tak bisa menolaknya. Aku fikir juga tidak ada salahnya karena aku sudah terbiasa bergabungan dengan keluarga mereka, aku juga cukup dekat dengan kakaknya.
Aku memulai perkuliahan ku disini , bertemu pengalaman baru , teman-teman baru bahkan sahabat baru. Aku menjalani semua seperti biasa. Aku hidup bersama kakaknya dalam 1 rumah . awalnya aku cukup menikmati kehidupan ini sampai akhirnya penderitaan ku pun dimulai .
Jika difikir secara positif ini bukan lah suatu penderitaan melainkan ajang balas budiku kepada kedua orangtuanya. Aku melakukan semuanya, mencuci pakaian dan piring , membersihkan rumah , mamasak dan semua yang dapat aku kerjakan. Tapi akhir-akhir ini semua yang ku lakukan biasanya telah menjadi suatu penderitaan. Aku yang harus mengerjakan semuanya . belum lagi tingkah dia yang selalu posesive terhadapku , yang selalu marah dengan semua yang aku lakukan. Aku tak bisa bebas di jejaringan social manapun. Aku tak boleh salah tulis sms ataupun salah berbicara waktu telpon-telponan.semua yang aku lakukan selalu salah . di lain sisi aku harus siap untuk berbohong jika ibu atau bapak mananyakan hal-hal tentang kakaknya. Aku juga harus berbohong kepada dia tentang kakaknya. Pernah suatu ketika aku benar-benar tidak tahan dengan semua yang aku lakukan selam ini, aku menangis sejadi-jadinya . aku sakit , aku tak tahan seperti ini . aku bukan pembantu. Mereka berpesta tapi tetap aku yang membereskan semuanya. Dia , dia yang jauh disana tak mengetahui apa yang aku rasakan sekarang. Aku bukan hanya di bebani dengan tugas rumah , aku juga dibebani dengan tugas kuliah ku yang semakin hari semakin sulit untuk ku kerjakan. Dan yang sangat sulit untuk kuhadapi adalah tingkah posesive nya yang benar-benar membuat ku muak. Aku muak dengan semua ini.

Dear KAMU dan KALIAN
“kamu , tahukah kamu apa yang aku rasakan sekarang ?? tahukah kamu aku menderita ?? apakah harus dengan cara seperi ini aku membalas budi kedua orangtuamu ?? aku bukan pembantu mua ataupun kakak mu. Sekarang kamu keluar dari peradabanmu dan membuatku seakan benar-benar menjadi pembantu. Sampai-sampai minum yang telah tersedia pun masih harus aku yang mengambilakn untuk mu. Aku belum menjadi istrimu sayang . mengapa kau berbuat seperti ini terhadapku . tingkah mu yang selalu posesive juga membuat aku sakit. kamu tak tahu keadaan ku sekarang . kamu tak pernah tahu apa yang aku rasakan. Aku sakit  , aku benar-benar sakit. aku merasakan penderitaan ini sayang, tak ada tempat ku untuk berbagi.  Kamu selalu mengatakan kamu menyayangi aku , tapi pantaskah kamu berbuat seperti itu terhadapku ?? pantaskah ?? aku bukan pembantu mu , akmu juga bukan kambing congengmu yang dapat kau marah tiaphari. Aku juga butuh kebebasan untuk pergi bersama teman-teman ku.  Kakak , kenapa kakak berbuat seperti itu kepada ku , menganggapku sebagai pembantu dirumahmu. Seikap mu kepada ku memang baik kakak , kamu memang tidak pernah memarahiku , tapi bisahkah kamu untuk sedikit membantuku kak . pakaian yang kau gunakan haruskan aku juga yang mencucinya ? Gelas yang kau gunakan harus aku juga yang membereskannya ? Pesta yang kau buat harus aku juga yang merapikannya ? bisakah kamu sedikit membantuku kakak? Tahukah kalian kalau aku disini sakit , sakit menahan tingakah kalian yang kelewat manja. Ibu bapak , hanya ucapan terimaksih yang dapt aku sampaikan kepada kalian. Aku tak tahu harus berbuat apa. Kalian sangta baik terhadapku dan sudah menganggap ku sebagai anak kalian sendiri. Aku bahagia mengenal kalian. Tapi aku minta maaf ibu , bapak ,aku tak kuat menahan rasa ini , aku tak kuat jika harus hidup serumah dengan kedua anak kalian. Aku minta maaf ibu , aku minta maaf bapak . bukannya aku tak pandai balas budi atau tak pandai berterimakasih , semua pun akan aku lakukan utnuk membalas budi kalian. Tapi kemampuan ku terbatas ibu , aku tak sanggup jika harus melakukannya sendiri. Aku bukan pembantu anakmu ibu. Jika kau dating, hanya kau yang selalu membantu aku. Terimakasih ibu, lagi-lagi hanya terimakasih yang aku ucapkan. Ibu , bapak , aku sakit disini aku sakit ibu. Aku tak dapat menahan rasa ini sendiri. Maafkan aku jika aku mengecewakan kalian . aku menyayangi anakmu , juga menyayangi kalian. Sekali lagi maafkan aku ibu jika aku harus pergi dari sini.”